Tantangan Pendidikan di Kupang dan Upaya Kemitraan Indonesia

Tantangan Pendidikan di Kupang dan Upaya Kemitraan Indonesia

Tantangan Pendidikan di Kupang – Dengan total penduduk sekitar 5,5 juta jiwa, masih ada 10.590 anak di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang belum pernah mengenyam pendidikan formal, dan 27.287 murid yang tidak melanjutkan sekolah (tidak tamat SD/SMP).

Kategori Anak Tidak Sekolah (ATS) itu bahkan ada di berbagai jenjang yaitu 7-12 tahun, 13-15 tahun, dan 15 tahun ke atas, menurut data yang di paparkan Provincial Manager “Inovasi” NTT, Hironimus Sugi, Rabu (26/6/2024).

Inovasi (Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia) adalah program kemitraan Indonesia dan Australia—yang di pimpin Departemen Luar Negeri dan Perdagangan (DFAT)—untuk meningkatkan literasi, numerasi, dan karakter siswa Sekolah Dasar (SD) dan satu tahun pra-SD.

1. Kondisi Geografis, Akses ke Sekolah

Hironimus melanjutkan, persoalan pendidikan di daerah terpencil, kabupaten tertinggal, juga menjadi tantangan tersendiri bagi NTT yang memiliki 566 pulau dengan 24 di antaranya yang berpenghuni.

Persoalan geografis ini juga di sampaikan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kupang Eliazer Teuf dalam kesempatan yang sama ketika berjumpa dengan awak media di Hotel Sotis.

“Luas wilayah Kabupaten Kupang ini sembilan kali Pulau Bali. Pulau Bali 6.000 kilometer persegi, kita di Kabupaten Kupang kurang lebih 54.000 kilometer persegi,” ungkapnya.

Baca Juga : https://www.kemenagkabbekasi.com/

2. Rendahnya Kemampuan Membaca

Erix menjelaskan, di dunia pendidikan sekarang ada isu yang di sebut schooling but not learning, yaitu anak-anak pergi ke sekolah, tetapi tidak belajar.

“Dan salah satu penyebab dari fenomena schooling but not learning itu adalah kemampuan membaca yang rendah.”

“Anak-anak sekalipun mereka pergi ke sekolah ternyata mereka tidak memahami pembelajaran, mereka tidak bisa membaca,” ungkap Erix.

Eliazer mengakui bahwa mutu satuan pendidikan di Kupang masih rendah karena Standar Pelayanan Minimum (SPM)-nya 53,73, butuh tambahan nilai 6,27 untuk mencapai rapor hijau di nilai 60.

“Sedangkan literasi kita masih butuh angka sekitar 22 baru bisa masuk ke 60. Tapi kami optimis bahwa kami ingin berprestasi,” imbuhnya.

3. Sumber Daya Terbatas

Tantangan pendidikan lainnya yang di ungkapkan Hironimus adalah dari 5,5 juta penduduk NTT, 4.480.072 di antaranya bermukim di pedesaan, sedangkan sisanya berdomisili di 22 kabupaten/kota.

Herdiana menambahkan, NTT berada di peringkat tiga terendah dalam aspek kesehatan dan ekonomi.

Program Inovasi, Upaya Indonesia-Australia Tingkatkan Literasi Anak di NTT

Meski di rundung sejumlah persoalan, secercah cahaya menyinari sektor pendidikan NTT. Salah satunya adalah Reading Camp dari program Inovasi, hasil kemitraan Indonesia-Australia.

Reading Camp atau Kamp Baca di adakan untuk anak-anak SD yang belum lancar membaca.

Pembelajaran di lakukan di luar jam belajar pukul 14.30-16.30 Wita contohnya di SD Inpres Tarus 1, Kupang.

“Kita mengaktifkan komunitas belajar dan melaksanakan atau melakukan program Reading Camp. Sebagaimana yang telah kita saksikan di SD Inpres Tarus 1. Itu strategi pertama,” kata Eliazer.

Ia pun berbangga dengan hasil yang di dapat Kabupaten Kupang pada 2024. Asesmennya di lakukan pada 2023—karena ada peningkatan literasi dari 32,89 menjadi 38,24 persen.